MEMBACA
MARI MEMBACA
Minimnya daya minat baca dikalangan anak-anak zaman sekarang ini bukanlah sesuatu yang aneh. Tentu dengan adanya medsos dan alat lainnya, merasa sangat dimudahkan dalam urusan membaca.
Kita misalnya yang sudah terbiasa membaca sangat menginginkan sebuah tekad agar yang lain juga bisa meningkatkan daya minat bacanya. Sekalian dapat membuka jendela dunia.
Tentu dengan adanya minat baca itu maka buku-buku karya bebas pun bisa di lestarikan, bisa di kembangkan untuk di jadikan sebuah acuan motivasi dan lainnya. Hal lain juga tidak khawatir disaat sedang minim kuota untuk searching google mencari sebuah sumber acuan untuk di baca.
Kelebihan orang yang banyak membaca itu sangatlah banyak. Terutama wawasan kita akan semakin bertambah sedikit demi sedikit, walaupun demikian tak menjadi soal, karena juga ada kata-kata pepatah "Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit" Kenikmatan akan di dapatkan dalam wawasan yang luas. Karena membaca juga adalah jendela dunia.
Minimnya daya minat baca serasa hidup kurang bergairah, karena banyak hal yang tidak kita ketahui tanpa ada minat baca. Apabila saya minat baca kita bertambah maka in Syaa Allah wawasan kita juga akan bertambah. Lain daripada itu juga acuannya adalah dengan banyak berguru, bertanya dan berdiskusi.
Dengan membaca akan terlahir jiwa-jiwa seni dalam hidup. Seni dalam berbicara, seni dalam menampung wawasan, dan seni dalam menjalani sebuah kehidupan. Arti sebuah itu bisa di tafsirkan sendiri-sendiri. Karena tak terasa kesenian yang dimiliki akan berkembang.
Dalam segi berbeda pendapat misalnya. Dengan adanya wawasan yang kita miliki karena minat membaca kita tinggi, maka akan ada sebuah sikap dengan kata kebijaksanaan. Bijak dalam bertindak, bijak dalam memberikan keputusan juga (apabila ada perbedaan pendapat).
Membaca adalah jendela dunia dan ilmu. Sangat banyak karya-karya orang lain yang menjadi acuan motivasi untuk kita, selain itu jua kita koleksi dan nikmati alurnya. Hidupkan nada dalam membaca, iringi dengan irama, tampilkan dalam emosionalitas kita sendiri. Dan ambil pula karakter kita dalam membaca itu. Dengan adanya pembahasan yang di kuasai maka terasa mudah untuk berjalan. Alur cerita hidup akan di temui dengan iringan bait-bait kata yang telah terekam otak kita.
Jiwa kritis terlahir karena daya minat baca yang tinggi. Dari situ (tulisan itu) kita tahu berbagai macam karakter orang yang kita kenal dalam sebuah nada bacaan kita. Kita baca berulang kali dan sampai akhirnya kita mengetahui.
Menginjak di bumi menatap ke langit. Tidak pernah menganggap diri tahu sehingga ingin mencari tahu. Ada kaedah lain juga dalam quotes filsafat, "Jika karaktermu seperti sapi maka yang di butuhkan adalah rumput, bukan emas". Saya pribadi memaknai bahasa filsafat itu seperti halnya seseorang yang karakternya hobi membaca, dan yang dibutuhkan adalah buku, bukan bola, ataupun parang.
Wallahu A'lamu Bishshawab.
Komentar
Posting Komentar