FENOMENA DAKWAH
FENOMENA DAKWAH YANG MENGKLAIM DIRINYA PALING SUNNAH, YANG LAIN SEBAGAI PELAKU BID’AH-Di zaman sekarang ini kita tidak asing lagi dengan yang namanya media massa. Teknologi yang semakin hari semakin canggih. Dengan adanya alat-alat komunikasi, media massa dan sejenisnya, kita sudah tidak kesulitan lagi untuk bisa eksis didalamnya, atau untuk ikut andil dalam menebarkan nilai-nilai kebaikan yang juga bisa melalui jalan media massa tersebut.
Terutama yang kita bahas adalah terkait dengan dunia dakwah yang dimana para pemuka agama dan familiarnya juga bisa disebut sebagai Ustadz atau Da’i. Dengan adanya alat-alat ini para pendakwah sangat dimudahkan dalam berceramah, baik itu dalam kajian live streaming (siaran langsung), maupun dalam kajian tabligh akbar.
Banyak hal-hal yang positif terhadap penggunanaan media massa seperti YouTube, WhatsApp dan lain sejenisnya. Terutama dalam men-Share video-video ceramah singkat (kultum). Di sisi lain juga terdapat hal-hal yang negatif, seperti yang kita lihat sekarang ini adalah kebanyakan para pendakwah itu saling berbalas ulasan dakwah atau saling berbalas dalil tentang ceramah yang di sampaikan kepada audiensnya (Mad’u). Sehingga yang terjadi adalah sebuah kebingungan yang di alami oleh para audiens (Mad’u). Kebingungan yang mereka alamai atau dapati sering kali bertanya-tanya tentang siapakah yang benar diantara para Ustadz atau pendakwah ini?. Tidak bisa dipungkiri kalau sekarang ini yang sangat trending topik dalam sebuah ceramah adalah tentang dimana rasa klaim-mengklaim sebagai suatu kelompok yang menganggap bahwa kelompoknya saja yang paling sunnah, dan yang lain adalah pelaku bid’ah.
Dalam kehidupan masyarakat, kelompok yang menganggap dirinya yang paling sunnah itu dikenal dengan sebutan Wahhabi atau nama kerennya adalah Salafi. Kelompok ini seringkali menjustifikasi kelompok lain sebagai pelaku bid’ah, yang dimana apabila perbuatan tersebut tidak pernah dilakukan oleh Nabi maka perbuatan tersebut adalah perbuatan yang bid’ah, tentu bid’ah itu adalah dhalalah (sesat), dan setiap yang sesat itu neraka jahannam tempatnya. Dengan argumentasi seperti itu bisa saja menjadikan Mad’u itu ketakutan dalam menikmati sebuah ceramah atau dakwah-dakwah yang ada.
Contohnya adalah pembahasan tentang Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw., yang dilakukan setiap tanggal 12 Rabiul Awwal dalam hitungan kalender Hijriyah. Maulid ini setiap mendekati perayaannya pasti ada perdebatan setiap Ustadz yang memperjelas bagaimana hukumnya. Walaupun jarang ditemukan perdebatan secara langsung, namun bisa kita lihat juga perdebatan itu dilakukan dengan sebuah kombinasi suatu video atau rekaman ceramah dari dua Ustadz yang berbeda pendapat terkait perayaan Maulid tersebut. Ustadz yang tetap menggunakan argumen dan dalil bid’ahnya akan tetap berpegang pada dalil yang dia bawa tanpa adanya dalil lain yang perlu dikembangkan untuk lebih memperjelas hukumnya. Kemudian Ustadz yang membolehkan peryanaan Maulid ini pun akan tetap menggunakan dalil bahwa bid’ah itu bisa dibagi menjadi dua, yakni bid’ah hasanah dan bid’ah yang sesat.
Dari pengembangan dalil-dalil yang ada maka akan terdapat sebuah jawaban yang tetap membolehkan perayaan Maulid tersebut, tentu dengan koridor islami dan tidak boleh keluar dari koridor atau ketentuan yang ada. Sebagian besar ulama memandang perayaan Maulid ini adalah sebagai syiar agama islam, maka tidak salah apabila merayakannya, sekaligus didalam maulid itu sendiri yang dibahas juga tentang kisah-kisah Nabi dan juga para Sahabat yang setia kepada beliau.
Fenomena yang terjadi saat ini adalah kelompok-kelompok yang mengaku dialah yang paling sunnah dan yang lain adalah pelaku bid’ah sudah menyebar didataran bumi Nunsantara ini. Sehingga kegaduhan dimana-mana sering terjadi karena klaim tersebut. Kegaduhan yang dimaksudkan adalah kegaduhan dalam berceramah, tidak menggunakan dakwah yang penuh dengan hikmah, yang ada hanyalah sebuah hukuman terhadap perbuatan yang mereka tidak sepakati. Selain daripada itu, fatwa-fatwa yang mereka keluarkan juga fatwa yang sangat fenomenal.
Contohnya seperti yang saya bahas diatas. Artinya adalah ketika mereka mengklaim bahwa mereka yang paling sunnah, maka secara langsung menghukumi selain dari kelompok mereka itu adalah berbuat perbuatan yang bid’ah. Tentu bagi mereka bid’ah itu adalah perbuatan yang sesat.
Dengan adanya fenomena yang terjadi ini memang tidak bisa dipungkiri bahwa bid’ah itu adalah kesesatan, akan tetapi yang perlu dikoreksi atau di kritisi adalah bid’ah yang mana dulu. Karena bid’ah itu sendiri ada juga yang hasanah (baik), dan tidak semua bid’ah itu bisa dihukumi dengan kata kesesatan. Kalau semua bid’ah itu dihukumi sesat maka berceramah lewat YouTube juga bid’ah yang sesat, tapi banyak juga pelaku dakwah yang menggunakan alat tersebut. dan apabila YouTube itu dihukumi budaya maka jawabannya adalah sebuah budaya di era modern ini.
Maka dari itu kita semua boleh berbeda dalam beberapa pendapat, tapi tidak boleh saling menghukumi dan bahkan mengklaim bahwa perbuatan kita saja yang paling benar. Oleh karena itu mari kita saling merangkul dalam kebaikan, apabila ada hal-hal yang kita tidak sepakati maka kita harus menerimanya dengan berlapang dada.
Karena hakikat dakwah itu adalah dengan disertai kelemah-lembutan, bertutur kata yang santun dan juga bisa saling meghormati. Mari kita saling merangkul antar sesama, toleransi, dan berlapang dada apabila ada sedikit perbedaan. Karena dari perbedan itu kita bisa berlaku bijaksana, dan persamaan itu menunjukkan kesatuhatian.
Komentar
Posting Komentar